APA ITU SHOLAT SUNNAH TASBIH DAN TATACARANYA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، سيدنا وَحَبِيْبِنَا ونَبِيِّنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ،( أَمَّا بَعْد)


Besarnya kemuliaan yang ada pada shalat tasbih tersurat dalam sebuah hadits yang banyak dijadikan rujukan para ulama dalam menetapkan status hukum shalat tasbih. Hadits tersebut—salah satunya—diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - أَنَّ «النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ: " يَا عَبَّاسُ! يَا عَمَّاهُ! أَلَا أُعْطِيكَ؟ أَلَا أَمْنَحُكَ؟ أَلَا أحبوكَ؟ أَلَا أَفْعَلُ بِكَ؟ عَشْرَ خِصَالٍ إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ، غَفَرَ اللَّهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، قَدِيمَهُ وَحَدِيثَهُ، خَطَأَهُ وَعَمْدَهُ، صَغِيرَهُ وَكَبِيرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَانِيَتَهُ: أَنْ تُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، تَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُورَةً، فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِي أَوَّلِ رَكْعَةٍ وَأَنْتَ قَائِمٌ، قُلْتَ: سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً، ثُمَّ تَرْكَعُ، فَتَقُولُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشْرًا، ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوعِ، فَتَقُولُهَا عَشْرًا، ثُمَّ تَهْوِي سَاجِدًا، فَتَقُولُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا، ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُودِ فَتَقُولُهَا عَشْرًا، ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُولُهَا عَشْرًا، ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُولُهَا عَشْرًا، فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُونَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ، تَفْعَلُ ذَلِكَ فِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ، إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ، فَفِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي عُمْرِكَ مَرَّة 


Artinya: “Dari Abdullah bin Abbas radliyallâhu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abbas bin Abdul Muthalib, “Wahai Abbas, pamanku, tidakkah aku memberimu? Tidakkah aku memberi tahumu? Tidakkah aku  lakukan kepadamu? Sepuluh perkara bila engkau melakukannya maka Allah ampuni dosamu; yang awal dan yang akhir, yang lama dan yang baru, yang tak dilakukan karena kesalahan dan yang disengaja, yang kecil dan yang besar, yang sembunyi-sembunyi dan yang terang-terangan. Lakukanlah shalat empat rakaat, pada setiap rakaat engkau membaca Al-Fatihah dan surat lainnya. Ketika engkau telah selesai membaca di rakaat pertama dan engkau masih dalam keadaan berdiri engkau ucapkan subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar lima belas kali. Kemudian engkau ruku’, ucapkan kalimat itu sepuluh kali saat kau ruku’. Kemudian engkau angkat kepalamu dari ruku’ (i’tidal), engkau baca kalimat itu sepuluh kali. Kemudian engkau turun bersujud, kau baca kalimat itu sepuluh kali dalam bersujud. Kemudian engkau angkat kepalamu dari bersujud, egkau baca kalimat itu sepuluh kali. Kemudian engkau bersujud (yang kedua), engkau baca kalimat tu sepuluh kali. Kemudian engkau angkat kepala, engkau baca kalimat itu sepuluh kali. Itu semua ada tujuh puluh lima dalam setiap rakaat. Engkau lakukan itu dalam empat rakaat. Bila engkau mampu melakukannya setiap sehari sekali maka lakukanlah. Bila tidak maka lakukan setiap satu jum’at sekali. Bila tidak maka setiap satu bula sekali. Bila tidak maka setiap satu tahun sekali. Bila tidak maka dalam seumur hidupmu lakukan sekali.”

Dalam Kitab pathul muin Hasyiah ianuttolibin 
 Hal 259-260 juz 1
Dibawah 

وَ صَلَاةُ التَّسبِيْحِ وَ هِيَ أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمَةٍ أَوْ تَسْلِيْمَتَيْنِ. وَ حَدِيْثُهَا حَسَنٌ لِكَثْرَةِ طُرُقِهِ، وَ فِيْهَا ثَوَابٌ لَا يَتَنَاهَى. وَ مِنْ ثَمَّ قَالَ بَعْضُ الْمُحَقِّقِيْنَ: لَا يَسْمَعُ بِعَظِيْمِ فَضْلِهَا وَ يَتْرُكُهَا إِلَّا مُتَهَاوِنٌ بِالدِّيْنِ. وَ يَقُوْلُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا خَمْسَةِ وَ سَبْعِيْنَ سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ للهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، خَمْسَةَ عَشَرَ بَعْدَ الْقِرَاءَةِ وَ عَشْرًا فِيْ كُلٍّ مِنَ الرُّكُوْعِ، وَ الْاِعْتِدَالِ، وَ السُّجُوْدَيْنِ، وَ الْجُلُوْسِ بَيْنَهُمَا بَعْدَ الذِّكْرِ الْوَارِدِ فِيْهَا، وَ جَلْسَةِ الْاِسْتِرَاحَةِ. وَ يُكَبِّرُ عِنْدَ ابْتِدَائِهَا دُوْنَ الْقِيَامِ مِنْهَا، وَ يَأْتِيْ بِهَا فِيْ مَحَلِّ التَّشَهُّدِ قَبْلَهُ. وَ يَجُوْزُ جَعْلُ الْخَمْسَةَ عَشَرَ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ، وَ حِيْنَئِذٍ يَكُوْنُ عَشْرُ الْاِسْتِرَاحَةِ بَعْدَ الْقِرَاءَةِ. وَ لَوْ تَذَكَّرَ فِي الْاِعْتِدَالِ تَرْكَ تَسْبِيْحَاتِ الرُّكُوْعِ لَمْ يَجُزِ الْعَوْدُ إِلَيْهِ وَ لَا فِعْلُهَا فِي الْاِعْتِدَالِ لِأَنَّهُ رُكْنٌ قَصِيْرٌ، بَلْ يَأْتِيْ بِهَا فِي السُّجُوْدِ. وَ يُسَنُّ أَنْ لَا يُخْلِيَ الْأُسْبُوْعَ مِنْهَا أَوِ الشَّهْرَ.

Shalat Tasbīḥ.

Dan sebagian lagi adalah shalat sunnah tasbīḥ sebanyak 4 raka‘at dengan satu salam (di siang hari )atau dua salam.(di malam hari) Hadits tentang shalat tasbīḥ ini adalah hadits ḥasan sebab banyaknya rawi yang meriwayatkannya. Di dalam shalat tasbīḥ terdapat pahala yang tidak terhingga, oleh sebab itu sebagian ‘ulamā’ muḥaqqiqīn mengatakan: Tidaklah seseorang mendengar dengan keagungan keutamaan shalat tasbīḥ, lantas meninggalkannya kecuali ia adalah orang-orang yang menyepelekan agama. Seseorang yang mengerjakan shalat tasbīḥ mengucapkan di setiap raka‘at dari shalat tersebut 15 lafazh

 (سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ للهِ ولااله الاالله والله اكبر

) sampai akhir 15 kali setelah membaca fātiḥah dan surat-suratan, 10 kali di setiap ruku‘ i‘tidāl, dua sujūd, duduk di antara dua sujūd – setelah dzikir – yang telah diajarkan di dalamnya dan di dalam duduk istirahat. Takbīr berdiri dari dari sujūd dilakukan saat akan duduk istirahat, bukan saat berdiri dari duduk itu. Dzikir-dzikir shalat tasbīḥ di waktu tasyahhud dilakukan sebelum membaca tasyahhud. Diperbolehkan menjadikan posisi 15 tasbīḥ berada sebelum membaca fātiḥah, dan ketika itu maka 10 tasbīḥ duduk istirahat dibaca setelah membaca fātiḥah dan surat. Jikalau seseorang ingat saat melakukan i‘tidāl telah meninggalkan tasbīḥ, maka tidak diperbolehkan untuk kembali ke posisi rukū‘ dan juga tidak diperbolehkan untuk membaca tasbīḥ tersebut di waktu i‘tidāl sebab i‘tidāl adalah rukun pendek, akan tetapi bacalah di waktu sujūd. Disunnahkan untuk tidak meninggalkan shalat tasbīḥ selama satu minggu atau satu bulan. (29


Referinsi pathul muin atau syarah  ianatuttolibin 

link

والله اعلم 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEAGUNAN NISFU SYA'BAN

Biografi KHZ.M.ABAs

SETIAP MALAM JUMAT & MALAM² TERNTENTU ARWAH AHLI KUBUR MENDATANGI RUMAH DAN KELUARGANYA