HUKUM MEMAKAI UANG MASJID BUAT KEMASLAHATAN DLL.

"السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ،سَيِّدِنَا نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا   مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ

Hukum memakai Uang Kas Mushola atau Masjid untuk Acara Maulid dan kemaslahatan lain Jawaban Dengan catatan mutlaq  
• Dana yang digunakan merupakan dana untuk kemaslahatan masjid.
Bukan untuk pribadinya
Diselenggarakan di dalam masjid • Tidak ada kebutuhan yang lebih penting. Untuk pembangunan masjid • Dengan penggunaan secukupnya  jangan berlebihan Uang mna yg bisa di gunakan buat maulid dll 
Referensi :di ambil dari

1. Hasyiah al-Qulyuby,juz 3 hal. 108 
2.Bughyah. al-Mustarsyidin, hal. 65 
3. Fathul Ilahil Manan hal. 150 .
4. Fatawi, hal. 100 
5. Rawaiul Bayan juz 1 hal. 4-10 
6. Tafsir ar-Rozi, juz 2 hal. 303
7.Ianahtutolibin juz3 hal 184 

١ حاشية القليوبي ج : 3 ص : 108 ?

واعلم أن أموال المسجد تنقسم على ثلاثة أقسام ، قسم للعمار کالموهوب والمتصدق به له وريع الموقوف علیه وقسم للمصالح كالموهوب والمتصدق به لها وكذا ريع الموقوف عليها وربح التجارة وغلة أملاكه وثمن ما يباع من أملاكه وكذا ثمن الموقوف عله عند من جوز بيعه عند البلی والإنكسار وقسم مطلق کالموهوب والمتصدق به له مطلقا وكذا ريع الموقوف عليه مطلقا , وهذا التقسيم مأخوذ من مفهوم أقوالهم في كتب القفه المعتبرة والمعتمدة، والفرق بين العمارة والمصالح هو أن ما كان يرجع إلى عين الوقف حفظا وإحكاما كالبناء والترميم والتجصيص للإحكام والسلالم والسواری والمكاسن وغير ذلك هو العمارة , أن ما كان يرجع إلى جميع ما يكون مصلحة وهذا يشمل العمارة وغيرها من المصالح کالمؤذن والإمام والدهن للسراج هو . المصالح
1. Hasyiyah Qolyubi juz 3 hal 108.

Ketahuilah bahwasanya harta masjid itu terbagi 3:

1. Untuk pembangunan masjid

Seperti harta yang didapat dari pemberian untuk masjid, sedekah untuk masjid dan pemasukan wakaf untuk masjid

2. Untuk kemaslahatan masjid Seperti harta yang di dapat hibah, sedekah, wakaf untuk masjid, untuk perdagangan dari usaha masjid, barang barang yang dijual dari milik masjid (menurut suatu pendapat bolehnya menjual barang wakaf yang sudah tidak terpakai atau rusak).
3. Untuk keperluan masjid secara mutlaq seperti harta yang didapat dari hibah, sedekah dan wakaf untuk masjid. Pembagian pembagian ini di ambil dari pemahaman para fuqoha di kitab kitab beliu yang dapat dijadikan sandaran hukum.

Dan perbedaan antara untuk pembangunan dan kemaslahatan masjid (no 1 dan no 2) adalah adapun yang telah permanen harta wakaf secara hukum dan dzat bentuknya seperti pembangunan, pengecatan, pengokohan, pembuatan tangga tangga, jalan, maka semua itu termasuk pembangunan dan adapun yang mencangkup semua itu juga dan apapun yang bisa membuat kemaslahatan untuk masjid seperti gaji muadzin, imam, pembelian minyak untuk bahan bakar lampu listrik dll.maka kesemuanya itu disebut maslahat. Jadi maslahat

@ فتاوى بافضل ص:100

ما قول العلماء نفع الله بهم في مسجد عليه اوقاف.اراد جماعة من طلب العلم احياء بين العشاءين فيه لقراءة بعض كتب الفقه فهل للناظر ان يصرف لهم من غلة الوقف مما يكفي السريح لهم. لان السراح الذي لقراءة الحزب لا يمكنهم القراءة عليه ام لا؟ يجوز للناظر ان يصرف لهم مما يكفي التسريج للقرأة المذكورفي السؤال, والحال ما ذكر السائل, من غلة وقف المسجد الزائدة على عمارته واهم مصالحه ان لم يتوقع طرؤه اهم منه,والا فليس له ذالك,لان قرأة الفقه فيه كقراءة القراءن وهي من المصالح لان فيها احياء له, قال في القلائد:وافتى بعض اهل اليمن بحواز صرف الزائد المتسع لدراسة علم او قراءن فيه (المسجد),قال لانه لا غاية له

Apa pendapat para ulama tentang masjid yg ada padanya harta harta wakaf karena ada sebagian santri (para pencari ilmu) ingin menghidupkan antara waktu magrib dan isya di dalam masjid untuk mempelajari kitab kitab fiqh, maka apakah boleh bagi pengelola wakaf untuk menggunakan harta wakaf tsb untuk keperluan menerangi mereka karena lampu yg mereka gunakan tidak cukup bagian sebagian kelompok yg lain? Maka beliau menjawab :

Boleh menggunakan harta wakaf untuk keperluan menerangi mereka untuk mempelajari fiqh di masjid akan tetapi hal itu jika harta tersebut lebih dari pembangunan untuk masjid (jadi jika masih di butuhkan untuk membangun masjid maka tidak boleh) , kebolehan tsb karena mempelajari ilmu fiqh itu disamakan dg membaca alquran karena sama sama untuk memakmurkan masjid.

Telah berkata di kitab qolaid : telah berfatwa sebagian ulama yaman akan kebolehannya menggunakan harta wakaf yg berlebih untuk menggunakannya untuk mempelajari ilmu dan membaca quran di masjid.

 

@ روائع البيان تفسير ايات الاحكام جــ 1 صـ 410

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ الله شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17) إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا الله فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18) [التوبة/17، 18] الحكم الاول : ماالمراد بعمارة المساجد فى الاية الكريمة ؟ ذهب بعض العلماء الى ان المراد بعمارة المساجد هو بناؤها وتشييدها وترميم ما تهدم منها وهذه هي العمارة الحسية ويدل عليه قوله عليه وسلم : من بنى لله مسجدا ولو كمفحص قطاة بنى الله له بيتا في الجنة . وقال بعضهم : المراد عمارتها بالصلاة والعبادة وأنواع القربات كما قال الله تعالى “في بيوت أذن الله ان ترفع ويذكر فيها اسمه ” . وهذه هي العمارة المعنوية التي هي الغرض الأسمى من بناء المساجد . ولا مانع ان يكون المراد بالآية النوعين : الحسية والمعنوية , وهو اختيار جمهور العلماء لأن اللفظ يدل عليه والمقام يقتضيه . قال ابو بكر الجصاص وعمارة المسجد تكون بمعنيين احدهما زيارته والمكث فيه والاخرى بناؤه وتجديدما استرم منه – الى ان قال- فاقتضت الآية منع الكفار من دخول المساجد , ومن بنائها , وتولى مصالحها , والقيام بها لانتظام اللفظ للأمرين .

 

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Surah At-Taubah (9:17)

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. Surah At-Taubah (9:18).

Hukum yg pertama : Apa yg di maksud memakmurkan mesjid pada ayat yg mulya tsb ?

Sebagian para ulama berpendapat bahwa yg di maksud memakmurkan masjid adalah dg cara membangunnya , membetulkannya jika temboknya rusak , mengokohkannya , dan ini merupakan memakmurkan masjid secara fisiknya dan ini juga sebagaimana yg telah di sabdakan rasulullah :

barang siapa yg membangun masjid walaupun seperti kandang burung (kiasan akan minim nya bangunannya) maka kelak Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.

Sebagian para ulama juga berpendapat bahwa yg di maksud dg memakmurkan masjid adalah :

Dg cara ibadah seperti solat didalamnya dan segala macam bentuk pendekatan diri pada allah ini sebagaimana yg Allah firmankan :

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, Surah An-Nur (24:36).

Ini adalah memakmurkan masjid secara ma’nawi yg mana ini adalah maksud yg luhur di dirikannya masjid

Dan ayat tsb (at taubah 7-8) bisa berma’na 2 yaitu memakmurkan masjid secara fisik dan ma’nawi.

Dan inilah pendapat yg dipilih oleh para ulama.

Telah berkata imam abu bakar al jassos : Memakmurkan masjid itu bisa berma’na 2 yaitu mengunjunginya dan diam di dalamnya dan bisa juga membangunnya dan menjadikan baru bangunan bangunannya yg telah rusak . Maka ayat tsb memberikan faidah :

Tidak bolehnya orang kafir memasuki masjid , perhatian untuk membangun masjid dan mengelola kemaslahatan untuk masjid.

@ تفسير الرازي – (ج 2 / ص 303)

وثالثها : قوله تعالى : { مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُواْ مَسَاجِدَ الله شاهدين على أَنفُسِهِم بِالْكُفْرِ } [ التوبة : 17 ] وعمارتها تكون بوجهين . أحدهما : بناؤها وإصلاحها . والثاني : حضورها ولزومها ، كما تقول : فلان يعمر مسجد فلان أي يحضره ويلزمه وقال النبي صلى الله عليه وسلم : « إذا رأيتم الرجل يعتاد المساجد فاشهدوا له بالإيمان »وذلك لقوله تعالى : { إِنَّمَا يَعْمُرُ مساجد الله مَنْ ءامَنَ بالله واليوم الأخر } [ التوبة : 18 ] ، فجعل حضور المساجد عمارة لها

 

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Surah At-Taubah (9:17).

Memakmurkan masjid itu bisa dg dua cara :

1.Membangunnya dan memperbaikinya.

Menghadirinya dan melaziminya.
Sebagaimana perkataan : Si fulan memakmurkan masjid artinya dia selalu hadir di masjid dan lazim di masjid ini sebagaimana sabda rasulullah :

Apabila kalian melihat seseorang yg sering berada di masjid maka saksikanlah akan keimanannya.

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. Surah At-Taubah (9:18)

Maka termasuk memakmurkan masjid adalah selalu hadir di dalamnya.(beribadah di dalamnya).

 

فان كان الوقف لمصالح المسجد صرف من ريعه لمن ذكر (مؤذن وامام

واعتمد في النهاية أنه يصرف للمؤذن ومابعده في الوقف المطلق ايضا

 بغية المسترشدين 66

Kalau uang kas amal adalah untuk kemaslahatan masjid, maka boleh digunakan untuk gaji mua’dzin dan imam, juga pengarang kitab annihayah menguatkan waqof mutlaq boleh digunakan untuk mua’dzin dan imam masjid.

وهل يجوز استعمال حصر المسجد وفراشه لحاجات كحاجة العرس وكعرض شيء كالكتب على الشمس إذا لم يكن منه بد أم لا ؟ ( فأجاب ) بقوله لا يجوز صرف تلك الآلات التي قد يحتاج إليها مسجدها في عمارة مسجد آخر ولا يبيعها بل يجب على الناظر حفظها لحاجات ذلك المسجد ولو نذر أن يعمر مسجدا معينا أو في موضع معين لم يجز له أن يعمر غيره بدلا عنه هذا إن تلفظ بالنذر فإن قصد ذلك لم يلزمه بمجرد القصد شيء ولا يجوز استعمال حصر المسجد ولا فراشه في غير فرشه مطلقا سواء أكان لحاجة أم لا واستعمالها في الأعراس من أقبح المنكرات التي يجب على كل أحد إنكارها وقد شدد العلماء النكير على من يفرشها بالأعراس والأفراح وقالوا يحرم فرشها ولو في مسجد آخر ، والله سبحانه وتعالى أعلم

(الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 3 / ص 288

 

Uang masjid hanya boleh digunakan untuk kemaslahan masjid tidak diperkenankan menggunakannya untuk keperluan yang lain.

و قع السؤال على الدرس عما يوجد من الاشجار فى المساجد و لم يعرف هل هو وقف اولا…………………الى ان قال وان كان وقفه على خصوص المسجد امتنع صرفه لغيره فعلى تقديرين جواز صرفه لمصالح المسجد محقق بخلاف لمصالح غيره مشكوك فى جوازه فيترك لاجل المحقق

اعانة الطالبين ٣/١٨٤

Tetapi jika menggunakan uang masjid untuk memyenangkan jama’ah dan itu sudah menjadi tradisi maka hal itu diperbolehkan.

و يجوز بل يندب للقيم ان يفعل مايعتاد فى المسجد من قهوة و دخون و غيرهما مما يرغب نحو المصلين وان لم يعتد قبل اذا زاد على عمارته

Artinya:”dan boleh,bahkan disunahkan bagi pengelola masjid untuk melakukan hal-hal yang sudah menjadi tradisi disebuah masjid misalnya membuat kopi atau memberi wewangian dan hal lain yg membuat senang para jama’ah kendatipun hal seperti itu belum menjadi kebiasaan ditempat itu.(bughyah al-mustarsyidin:65)

Untuk pengelolaan uang masjid para pengurus yang sekarang boleh mengikuti kebiasaan pengurus  yang lama dengan catatan tidak ada yang mengingkarinya.

يجب صرفه على ما جرت به عاجة الاولين فيه و يجري على الحال المعهود من اهل شلك المحل فيه من غير نكير من عمارة و غيرها و يتبع غى جميع ذلك العرف المطرد العام المعلوم فيها تقدم الى الان من غير نكير فان العرف المطرد بمنزلة المشروط كما قاله العز عبد السلام و غيره

الفتاوى الكبرى فى باب الوقف)

 

Apakah uang yang dimasukkan kotak amal masjid yang bertuliskan amal jariyah menjadi benda waqaf untuk masjid?

Jawab: Bukan benda waqof, tetapi harta milik masjid yang harus ditasyarufkan sesuai kemashlahatan Masjid.

Menggunakan uang kotak amal atau barang yang diwakafkan untuk kemaslahatan masjid dengan cara memasukkan pada anggaran perayaan PHBI, seperti untuk memberi bisyarah, menyewa tarup, atau yang lainnya diperbolehkan, namun tetap harus memandang hal yang lebih penting dari pentasharufan untuk keperluan itu.


Yang perlu dicatat, tujuan orang yang mewaqofkan uang ke masjid terdapat tiga macam. Pertama , untuk memakmurkan masjid, maka uang tersebut bisa digunakan untuk pembangunan masjid, plesteran tiang-tiang dan dinding, membeli tangga, sapu, payon untuk menolak panas, dan talang untuk menolak air hujan. Bisa juga digunakan untuk upah takmir dan kemaslahatan lain. Kedua, waqaf secara mutlak, maka uang tersebut bisa ditasharufkan untuk hal-hal yang disebutkan di atas. Ketiga, waqof dengan cara mengkhususkan, seperti mewaqofkan uang untuk membuat talang, maka uang tersebut harus ditasharufkan untuk membuat talang.

بغية المسترشدين – (1 / 132)

ويجوز بل يندب للقيم أن يفعل ما يعتاد في المسجد من قهوة ودخون وغيرهما مما يرغب نحو المصلين ، وإن لم يعتد قبل إذا زاد على عمارته.

تحفة الحبيب على شرح الخطيب – (3 / 621)

والوقف على عمارة المسجد يدخل فيه ترميمه وتجصيصه للأحكام والسواري والسلالم والمكانس والمساحي والبواري لدفع نحو حرّ والميازيب لدفع ماء نحو مطر ، وأجرة نحو قيم ، وعلى مصالحه أو مطلقاً يشمل جميع ما ذكر . وإذا خصّ الواقف بواحد مما ذكر لم يجز صرفه في غيره منها ، ولا يجوز صرف شيء مما وقفه على نحو تزويق ونقش وسراج لا نفع به ، ولا يصح الوقف على ذلك اه م د . وإذا لم يكن أحد يبيت في المسجد لا يجوز إسراجه من زيت المسجد طول الليل لأن فيه إضاعة مال . قوله : ( أم لم تظهر ) بين به أن المراد بجهة القربة ما

حاشية البجيرمي على الخطيب الجزء 3 صحـ : 243 مكتبة دار الفكر

( حَبْسُ مَالٍ إلخ ) – إلى أن قال – وَالْمُرَادُ بِقَوْلِهِ ” مَالٍ ” أَوْ عَيْنٍ مُعَيَّنَةٍ مُتَمَوَّلَةٍ بِشَرْطِهَا اْلآتِيْ وَلَيْسَ الْمُرَادُ بِالْمَالِ عَيْنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيْرِ لأَنَّهَا تَنْعَدِمُ بِصَرْفِهَا فَلاَ يَبْقَى لَهَا عَيْنٌ مَوْجُوْدَةٌ اهـ

شرح البهجة الوردية الجزء 3 صحـ : 366 مكتبة المطبعة الميمينية

( قَوْلُهُ فَيَصِيْرُ مَسْجِدًا إلخ ) وَمِثْلُهُ مَنْ يَأْخُذُ مِنَ النَّاسِ أَمْوَالاً لِيَبْنِيَ بِهَا نَحْوَ مَدْرَسَةٍ أَوْ رِبَاطٍ أَوْ بِئْرٍ أَوْ مَسْجِدٍ فَيَصِيْرُ مَا بَنَاهُ كَذَلِكَ بِمُجَرَّدِ بِنَائِهِ اهـ ق ل عَلَى الْجَلاَلِ

 حواشي الشرواني الجزء 6 صحـ : 250 مكتبة دار إحياء التراث العربي

قَالَ الشَّيْخُ أَبُوْ مُحَمَّدٍ وَكَذَا لَوْ أَخَذَ مِنَ النَّاسِ شَيْئًا لِيَبْنِيَ بِهِ زَاوِيَةً أَوْ رِبَاطًا فَيَصِيرَ كَذَلِكَ بِمُجَرَّدِ بِنَائِهِ (قَوْلُهُ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو مُحَمَّدٍ إلخ) أَقَرَّهُ النِّهَايَةُ ( قَوْلُهُ لِيَبْنِيَ إلخ ) شَامِلٌ لِغَيْرِ الْمَوَاتِ بِأَنْ يَشْتَرِيَ أَرْضًا وَيَبْنِيَ فِيْهَا نَحْوَ الرِّبَاطِ ( قَوْلُهُ فَيَصِيرُ كَذَلِكَ إلخ ) وَلَوْ لَمْ يَقْصِدِ اْلآخِذُ مَحَلاًّ بِعَيْنِهِ حَالَ اْلأَخْذِ هَلْ يَصِحُّ ذَلِكَ وَيُتَخَيَّرُ فِي الْمَحَلِّ الَّذِيْ يُبْنَى فِيهِ أَوْ لاَ بُدَّ مِنَ التَّعْيِيْنِ ؟ فِيْهِ نَظَرٌ وَلاَ يَبْعُدُ الصِّحَّةُ تَوْسِعَةً فِي النَّظَرِ لِجِهَةِ الْوَقْفِ مَا أَمْكَنَ ثُمَّ لَوْ بَقِيَ مِنَ الدَّرَاهِمِ الَّتِيْ أَخَذَهَا لِمَا ذُكِرَ شَيْءٌ بَعْدَ الْبِنَاءِ فَيَنْبَغِيْ حِفْظُهُ لِيَصْرِفَ عَلَى مَا يَعْرِضُ لَهُ مِنَ الْمَصَالِحِ اهـ ع ش


Berkata al Imam an Nawawi rahimahullah :

لاتصح إجارة الدنانير والدراهم ولم يصح وقفها وهذا هو الصحيح
“Tidak sah menyewakan uang sebagaimana juga tidak sahnya uang dijadikan barang waqaf. Ini adalah pendapat yang shahih  (dalam mazhab asy Syafi’i).”[6]

Berkata Ibn Najim Al-Mishri Al-Hanafi : 

وَعَنْ الْأَنْصَارِيِّ وكان من أَصْحَابِ زُفَرَ في من وَقَفَ الدَّرَاهِمَ أو الدَّنَانِيرَ أو الطَّعَامَ أو ما يُكَالُ أو يُوزَنُ أَيَجُوزُ قال نعم قِيلَ وَكَيْفَ قال تُدْفَعُ الدَّرَاهِمُ مُضَارَبَةً ثُمَّ يُتَصَدَّقُ بها

“Dari al Anshari dan ini adalah dari sahabat Zufar tentang hukum mewaqafkan uang (dinar dan dirham), makanan dan benda yang ditimbang maka hukumnya boleh. Ketika ditanyakan bagaimana caranya ? jawabnya : dengan cara diniagakan dalam sebuah usaha dan keuntungannya yang digunakan untuk waqaf.“[3]

و يجوز بل يندب للقيم ان يفعل مايعتاد فى المسجد من قهوة و دخون و غيرهما مما يرغب نحو المصلين وان لم يعتد قبل اذا زاد على عمارته
“Dibolehkan bahkan  disukai bagi pengelola masjid untuk melakukan hal-hal yang sudah menjadi tradisi disebuah masjid misalnya membuat kopi atau memberi wewangian dan hal lain yg membuat senang para jama'ah kendatipun hal seperti itu 
belum menjadi kebiasaan ditempat itu.”




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEAGUNAN NISFU SYA'BAN

Biografi KHZ.M.ABAs

SETIAP MALAM JUMAT & MALAM² TERNTENTU ARWAH AHLI KUBUR MENDATANGI RUMAH DAN KELUARGANYA